Kehidupan Penderita Hydrocepalus

Akhirnya blogging lagi! Satu kalimat ini menjadi sangat menyenangkan bagi gw saat menemukan ide untuk blogging.. :)Gw memutuskan untuk mengupload salah satu dari tugas kuliah yang gw kerjakan, yaitu tugas produksi siaran televisi. Tugas membuat sebuah storyboard yang berkonsepkan human interest atau yang menarik rasa iba manusia.Tujuan dari tugas ini, untuk melatih para mahasiswa untuk membuat storyboard baik dari penyusunan gambar dan angle, pengumpulan informasi sampai merasakan rasanya seorang wartawan / reporter dalam mencari suatu informasi.Akhirnya gw dan teman kuliah gw yaitu vivi berpikir, apa yang akan kami kerjakan?Penderita hydrocepalus, menjadi pilihan kami berdua untuk diliput. Akhirnya seusai kuliah, gw dan vivi pergi ke kawasan glodok dan menemui seorang nenek dan cucunya yang menderita hydrocepalus.Behind the scene nya nih! :DSetelah bertemu, kami malah bersembunyi dan berdiskusi, bagaimana caranya meminta calon narasumber kami memberikan informasi yang kami butuhkan.Akhirnya, hasil diskusi tidak didapatkan dan dengan modal nekat serta tekat, majulah kami untuk meminta kesediaan sang nenek untuk di wawancara.Setelah panjang lebar, gw bercerita tentang kebutuhan kami pada sang nenek. Sang nenek hanya menjawab singkat, “Maksud adek gimana ya?” (satu pengalaman menarik, saat kita hendak mewawancarai narasumber, harus sesuaikan dengan mereka ya!)Akhirnya! Tanpa bahasa formal, kami mengungkapkan secara to the point, bahwa kami ingin mewawancari sang nenek dan diperbolehkan untuk meliput sampai tempat tinggal sang nenek.Sang nenek yang baik hatipun memperbolehkan kami untuk meliput dirinya dan sang cucu. Sambil menantinya pulang dari kesehariannya di kawasan glodok, gw dan teman gw pergi membeli barang kebutuhan sebagai ungkapan terima kasih dan bisa dibilang kami ingin menyumbangkan sedikit yang kami miliki. Setelah pukul 17.00, sang nenek pun berkemas pulang, kamipun siap sedia membantu membawakan bawaanya dan sambil wawancara. Teman ane yang membawa kameranya, terus membidik dari segala arah.Pulanglah sang nenek dengan angkotan umum dan kami tentunya ikut karena masih meliput. Perjalanan cukup lama, karena hampir 45 menit-1 jam. Turunlah kami dari angkot, dan sang nenek tetap mengendong sang cucu. Kami berjalan kaki sekitar 5 menit ke rumah sang nenek. Dengan lampu jalan dan rumah – rumah, kami berusaha berjalan dengan hati-hati, karena sudah malam dan di gang-gang yang cukup sempit.Setelah sampai, tentu kami tak langsung pulang. Kami masih meliput dengan wawancara dan foto, menyaksikan keseharian sang nenek dengan cucunya selama beberap jam.Setelah kami mengumpulkan cukup informasi dan foto, kami memberikan beberapa kebutuhan sang nenek dan cucunya lalu berpamitan.Ane pulang dengan bus tranz jakarta dan teman ane dengan bajaj. Kami pulang dengan membawa berita! :DGw pulang sampai rumah jam 23.45 wib, karena rumah yang cukup jauh.. Perjuangan sekali untuk mendapatkan sebuah berita yang masih mentah! Besoknya, teman gw mentransfer semua foto yang dia pilih dan gw menyusun naskah serta storyboard. Setelah selesai, akhirnya kami merevisi bersama. Dan jadilah seperti di bawah ini….
Tgs uts Prod.siaran TV

View more documents from Michele.

Rasanya sangat senang! Pengalaman ini sangat berharga dan sulit untuk kami lupakan. Perjuangan singkat kami memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berharga.
Untuk tugas ini, gw dan teman gw mendapatkan nilai 9 dari dosen kami Bpk. Raymond Kaya.
Dia bekerja di salah satu stasiun tv swasta dan memberikan banyak masukan pada tugas kami.
Kami bisa mnegetahui lebih dalam seperti apa storyboard itu, cara mencari berita, cara membuat berita, cara menyusun berita, sampai cara mengambil angle.
Thanks to Bpk. Raymond Kaya yang membimbing kami, Nenek Nani dan Cucunya Udin yang bersedia diliput, dan teman saya Vivi yang berpartisipasi dan bekerja sama dengan baik.. 🙂