Mom to Be : Usia Kehamilan 3 Minggu
Yeay! Memasukin masa-masa Maternity Leave selama 3 bulan di pertengahan Juli 2017 beserta dengan dukungan dari suami untuk blogging lagi, mari kita mulai dari TEMA yang sedang di jalani sehari-hari. MOM TO BE !!
Start dari perjalanan awal, usia pernikahan sekitar 1 tahun 4 bulan kami berdua masih menikmati masa pacaran karena belum ada tanda-tanda kehamilan di test pack. Dimulai dari efek diare, berkunjunglah kami ke RS di daerah BSD (initial RS EH), kami menyempatkan waktu untuk check up ke dokter kandungan. Disana, pada saat kami cek, memang kondisi sudah telat datang bulan selama kurang lebih 1 bulan (jujur saya gak pernah ingat dan catat tanggal datang bulan).
Pemeriksaan dengan salah satu dokter wanita pun dimulai dari konsultasi kondisi dan berakhir di kasur dengan pemeriksaan lewat atas perut dan lewat bawah (alat reproduksi). Hasilnya, kata dokternya masih kosong, kondisi sehat (tidak ada kista dll). Namun, sel telur sedikit kecil.
Akhirnya, sang dokter meresepkan obat Metformin 500 mg yang wajib di konsumsi selama 1 bulan, wajib olah raga untuk menurunkan berat badan dan jika dalam sebulan sesudah mengkonsumsi belum ada hasil, maka dilanjutkan ke pemeriksaan lab suami istri. Lalu, Berhasilkah dengan Metformin dan olahraga????
Sayangnya, efek dari minum metformin 500 mg ini bisa di google, karena cukup banyak forum-forum ataupun blog yang membahas obat ini. Yes! Obat ini memang disarankan oleh dokter kandungan guna membesarkan sel telur (ada yang menyebut PCOS). Sebenarnya obat ini juga dikonsumsi oleh orang-orang yang mengalami masalah diabetes (beberapa artikel yang saya google dan orang-orang yang memiliki diabetes juga mengatakan mereka mengkonsumsi obat ini). Saya hanya berhasil mengkonsumsi 2 minggu, karena rasa mual setiap hari dan tidak ada nafsu makan sama sekali (sedangkan saya itu pecinta makanan 😀 ). Tidak nafsu makan dan harus olahraga membuat saya cukup lemas melewati jam-jam kerja di kantor. Akhirnya, saya dan atas saran suami, kami memutuskan untuk tidak mengkonsumsi metformin (terlihat mudah menyerah ya.. 😀)
Kami memutuskan untuk bersantai-santai saja, olahraga tidak terlalu sering karena jam kerja yang sudah cukup padat dan saran dari orang-orang sekitar jangan terlalu capek. Bulan berganti bulan, saya cukup panik karena dari awal cek ke dokter (September / Oktober – lupa kapan ceknya) sampai bulan Desember belum juga datang bulan. Kondisi ini masih saya cuekin, karena memang tanggal datang bulan suka telat beberapa bulan jika saya sedang stress atau lelah. Dan saya pikir, Januari 2017 nanti sudah mulai liburan, pasti akan datang bulan. Ternyata, sampai Januari 2017 disaat liburan 2 minggu sudah usai, saya masih belum datang bulan. Dan atas saran suami, akhirnya coba test pack (karena hampir setiap test pack, selalu garis satu, saya tidak terlalu berharap banyak).
Ternyata! Hasil test pack sensitive menunjukkan garis DUA untuk pertama kalinya!!!! Sialnya cuma punya satu test pack, jadi mau cek lagi untuk memastikan, jadi gak bisa.. 🙁
Setelah suami melihat garis dua, dengan sigap google dokter kandungan terbaik dan terdekat dengan rumah. Akhirnya diputuskanlah ke Dokter Djoko Kirana di RS Omni. Tapi sesampainya di RS Omni, ternyata dr. Djoko sudah tidak praktek disana, dan setelah kami cari, ternyata Dr. Djoko Kirana membuka praktek di klinik pribadi di Gading Serpong dan RS Bethsaida.
Sorenya, kami melipirlah ke dr. Djoko Kirana di klinik pribadinya. Setelah sampai giliran kami, dan menceritakan kondisi kehamilan sesuai dengan cerita awal paragraf blog ini dan tibalah pengecekan menggunakan alat yang lagi-lagi dimasukan dari bawah (alat reproduksi). Pada saat kami melihat di layar, kami dapat melihat jelas kepala, kaki, tangan dan jari -jarinya (disini saya agak bingung, saya ingat setiap lihat postingan teman-teman saya di socmed, bentuk baby nya gak sejelas ini) dan terjawablah, Dokter menjelaskan bahwa SELAMAT! Baby nya sudah 12 minggu!
12 Minggu!!!! Shock? Yes! 12 minggu, saya melewatkan moment 12 minggu yang berharga.. 🙁 Disini, saya kembali mengecek jadwal pemeriksaan di RS EH, dan disana masih dinyatakan kosong, padahal kalau di tarik mundur, usia kehamilan sudah 3 minggu. Memang banyak yang mengatakan kehamilan 3 minggu sering kali tidak terdektesi, tapi kan…….. (akhirnya saya google, apakah ada mommy lain yang mengalami kejadian yang sama, dimana mereka baru tau hamil ketika usia kehamilan 12 minggu? YES! Ternyata ada, dan minimal I’m not Alone lah ya.. 😀)
Jadi, saya dan suami melewatkan Trisemester Pertama. Dimana semestinya baby diberikan banyak asupan gizi, tidak boleh makan sembarangan, tidak boleh sembarangan gerak dll. Sebenarnya panik, tapi karena Dr. Djoko ini memang sangat detail, sehingga saya dan suami cukup tenang bahwa kondisi bayi sehat dan baik. (disini bersyukur banget, karena selama 12 minggu, pernah mengkonsumsi sushi, salad, bahkan melakukan aktivitas outbond dari kantor yang lompat kesana kemari, lari dan bahkan di awal kehamilan melakukan aktivitas olahraga sesuai saran dari dokter yang pertama, kerja sampai tengah malam, angkat-angkat aqua dus dan melakukan perjalan ke Bandung – ini sih info dari salah satu teman, bahwa dalam keadaan hamil muda alangkah baiknya tidak melakukan perjalanan jauh apalagi jalan yang meliuk dan naik turun karena dikhawatirkan membahayakan janin).
Saran saya, lebih baik melakukan pemeriksaan rutin minimal dengan test pack, walaupun sedih sih liat hasilnya garis satu setiap bulan, tapi itu jauh lebih baik dibandingkan melewatkan moment berminggu-minggu bayi seperti kami.
Begitulah awal cerita kami, yang sangat memorable. Dari sini, saya mulai mereka ulang, ciri-ciri hamil itu seperti apa. Agar tidak terulang kejadian yang sama. 😀
Ya, karena kantor masih sangat sepi efek lebaran dan kerjaan kantor juga tidak banyak, saya manfaatkan untuk blogging. Sampai jumpa di blog selanjutnya, karena masih banyak cerita seru mom to be yang akan saya share dan semoga berguna untuk para calon ibu. 🙂