Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia tentunya bertumbuh dan berkembang di Indonesia dalam waktu lama dan mempunyai sejarah yang panjang.
Sejarah panjang bahasa Indonesia dimulai dari zaman Kerajaan Sriwijaya sampai sekarang. Pada saat Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7), bahasa melayu merupakan bahasa kenegaraan. Lalu, bagaimanakah proses perubahan bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia?
Bahasa Melayu ke bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu pada tanggal 28 Oktober 1928 yang juga dikenal sebagai hari Sumpah Pemuda. Dan Setelah hari Sumpah Pemuda tersebut, diadakanlah Kongres Bahasa Indonesia atau KBI di wilayah-wilayah Indonesia karena perubahan bahasa, tidak bisa dilakukan secara langsung atau semena-mena. Maka, Kongres Bahasa Indonesia diadakan beberapa tahun sekali. Berikut daftar pengadaan Kongres Bahasa Indonesia :
1) KBI 1 di Solo 25 Juni – 28 Juni 1938
2) KBI 2 di Medan 28 Oktober – 2 November 1954
3) KBI 3 di Jakarta 28 Oktober – 3 November 1978
4) KBI 4 di Jakarta 21 November – 26 November 1983
5) KBI 5 di Jakarta 28 Oktober – 3 November 1988
6) KBI 6 di Jakarta 28 Oktober – 2 November 1993
7) KBI 7 di Jakarta 26 Oktober – 30 Oktober 1998
8) KBI 8 di Jakarta 14 Oktober – 17 Oktober 2003
9) KBI 9 di Jakarta 28 Okober – 1 November 2008
Perkembangan bahasa
Bahasa Indonesia terus berkembang dan mengalami beberapa kali perubahan, seperti :
A. Bahasa Melayu Purba ( sampai saat ini belum pernah ditemukan).
B. Bahasa Melayu Kuno (zaman Sriwijaya, abad 4 – abad 14. Diperoleh dari prasasti-prasasti yang ada).
C. Bahasa Melayu Klasik (abad 14 – abad 18)
D. Bahasa Melayu Peralihan (abad 19)
E. Bahasa Melayu Baru (abad 20)
F. Bahasa Melayu Modern (Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia)
G. Menjadi bahasa Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Dari beberapa kali perubahan bahasa menjadi bahasa Indonesia, hampir bahasa-bahasa sebelumnya adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu sangatlah beragam, yakni:
• Melayu Riau Johor
• Melayu Betawi
• Melayu Cina
• Melayu Manado
• Melayu Maluku
• Melayu Balai Pustaka (Badan yang dibangun zaman Belanda untuk mengatur literature dengan nama Folkore. Setelah balai pustaka ditutup, maka diganti oleh Pujangga Baru.), Pujangga Baru (Pujangga baru muncul setelah Balai Pustaka di tutup. Pujangga baru dipimpin oleh Sultan Takdir Alisjahbana)
• dan sebagainya.
Bahasa Melayu Kuno
Bahasa Melayu Kuno terdapat pada prasasti :
• Prasasti Kedukan Bukit (Palembang, 16 Juni 682)
• Prasasti Talang Tuwo (Palembang, 23 Maret 684)
• Prasasti Kota Kapur (Bangka, 28 Februari 686)
• Prasasti Karang Brahi (Jambi, tahun 692)
• Prasasti Telaga Batu (Palembang, abad ke-7)
• Prasasti Palas Pasemah (Lampung Selatan, abad ke-7)
• Prasasti Sojomerto (Pekalongan, abad ke-7)
• Prasasti Manjucrighra (Klaten, 6 November 792)
• Prasasti Kayumwungun (Temanggung, tahun 824)
• Prasasti Sang Hyang Wintang I (Gandasuli ,Temanggung, Jawa Tengah, tahun 832)
• Prasasti Sang Hyang Wintang II (Gandasuli ,Temanggung, Jawa Tengah)
• Prasasti Dampu Hawang Glis (Gandasuli, Temanggung, Jawa Tengah)
• Prasasti Laguna (Manila, tahun 900, tidak lengkap)
• Prasasti Hujung Langit (Lampung, tahun 997)
• Prasasti Bukateja (Purbalingga, Jawa Tengah)
• Prasasti Dewa Drabya (Dieng, Jawa Tengah)
• Prasasti Kedonganan (Bali)
• Prasasti Loloan (Bali)
• Prasasti Trangganu (Terengganu tahun 1326 atau 1386)
• Prasasti Pagar Ruyung (tahun 1356)
• Nisan Minye Tujuh (Aceh, tahun 1380)
• Prasasti Kebon Kopi (Bogor, Jawa Barat)
• Prasasti Jebung (Lampung)
• Prasasti Padang Roco (Sumatra Barat)
• Prasasti Bukit Gombak (Sumatra Barat)
Aksara dalam tulisan
Aksara yang digunakan :
• Melayu Kuno ditulis dalam aksara Palawa dan Dewanagari
• Melayu Klasik ditulis dalam aksara Jawi (modifikasi Arab)
• Melayu Peralihan dan kemudian ditulis dalam aksara Latin
• Aksara Latin menurut ejaan Bahasa Belanda (Indonesia) . Contoh : Tjari Jari
• Aksara Latin menurut ejaan Bahasa Inggris (Malaysia). Contoh : Chari Jari
Prasasti-Prasasti
A. Prasasti Kedukan Bukit
Beberapa arti dari isi Prasasti Kedukan Bukit, yaitu:
• vulan = bulan
• nayik = naik
• samvau = sampan (perahu yang besar)
• mangalap = mengambil (mencari)
• marlapas = berlepas
• mamava = membawa
• vala = bala
• laksa = menyatakan jumlah yang banyak
• dangan = dengan
• sarivu = seribu
• tlu = tiga
• sapuluh dua = dua belas
• vanakna = banyaknya
• sukhacitta = sukacita
• marvuat = berbuat
• vanua = benua
• ko = ke
Jadi, terjemahan isi Prasasti Kedukan Bukit adalah:
B.Prasasti Talang Tuwo
Beberapa arti dari isi Prasasti Talang Tuwo, yaitu:
• tatkalana = tatkalanya
• vulan = bulan
• niparvuat = diperbuat
• savanakna = sebanyaknya
• nitanam = ditanam
• hanau = enau
• rumvia = rumbia
• dngan = dengan
• nimakan = dimakan
• vuahna = buahnya
• tathapi = tetapi
• haur = aur
• vuluh = buluh
• pattung = betung
• tlaga = telaga
• punyana = punyanya
• tmu = temu
• margga = marga
• sukha = suka
• niminumna = diminumnya
• vuatna = buatnya
• manghidupi = menghidupi
• prakara = perkara
• varang = barang
• vuatana = buatannya
• marvvangun = membangun
• mamava = membawa
• tlu = tiga
Jadi, terjemahan isi Prasasti Talang Tuwo adalah :
C. Prasasti Kota Kapur
Terjemahan dari Prasasti Kota Kapur.
D.Prasasti Laguna
Jadi, terjemahan isi Prasasti Laguna adalah :
E. Prasasti Trengganu
Perkembangan bahasa yang semakin baik, dapat dilihat pada empat sisi Prasasti Trengganu.
F.Prasasti (Nisan) Minye Tujuh
Isi tulisan Prasasti Nisan Minye Tujuh.
Beberapa ciri bahasa Melayu Kuno, adalah:
• Aksara b sekarang, dulu berupa v (di antara v dan w)
• Tidak ada lafal e (berbentuk a atau o)
• Awalan di-, dulu berupa ni-
• Awalan me-, dulu berupa ma-
• Awalan ber-, dulu berupa mar-
• Akhiran –nya, dulu berupa –na
• Ada kalanya –nya-, dulu –na- (vanakna)
Seiring berjalannya waktu, tentunya mengalami banyak perubahan. Perubahan untuk memperbarui ejaan lama menjadi lebih baik. Salah satu contohnya, perubahan pada ejaan melayu kuno, aksara V berubah menjadi aksara B. Misal : sarivu -> saribu (seribu)
Dan terdapat pembakuan ejaan, yakni:
– Dulu, tulisan Arab (Jawi)
– Tahun 1901 : ejaan Van Ophuijsen
– Tahun 1947 : ejaan Soewandi (Ejaan Republik)
– Tahun 1972 : ejaan yang disempurnakan
– Ejaan yang disempurnakan menyeragamkan ejaan yang di Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (Majelis Bahasa Indonesia, Malaysia – Mabbim).
*Mabim adalah majelis/badan (untuk menyamakan ejaan dan setiap tahun disamakan.)
Ejaan Van Ophujisen (dalam buku Tata Bahasa Melayu, 1901)
aturan:
– oe, u = u untuk diftong au. Contoh : poelau.
– ai , ai = untuk diftong ai bukan diftong menamai.
– e, ‘e = sedap , ‘ekor
– j = untuk y pada saja dan kaja
– aj, nj, sj, tj = pada djali
Ejaan Suwandi, 1947
oe, u => u
Ejaan yang disempurnakan, 1972
tj -> c
dj -> j
j -> y
Misalnya : jang = yang
Pendapat kami:
Sebagai manusia kita berkomunikasi dengan bahasa. Bahasa menjadi salah satu penghubung antara orang yang satu dengan yang lain. Seperti di Indonesia yang terdiri dari 33 provinsi dengan bahasa berbeda-beda, tentunya harus ada kesepakatan bahasa Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi bahasa kesatuan negara Indonesia dan bahasa resmi bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan perkembangan dari bahasa Melayu yang akhirnya menjadi bahasa resmi Bangsa Indonesia. Walau pada kenyataannya, bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu di Indonesia, karena banyaknya provinsi yang memiliki bahasa daerah masing-masing. Namun, bahasa Indonesia tetap menjadi yang pertama sebagai bahasa resmi bangsa Indonesia. Proses perubahan bahasa Melayu ke bahasa Indonesia sangatlah panjang, dan terus berkembang hingga dibentuk kongres Bahasa Indonesia untuk mengesahkan beberapa perubahan, penambahan dan perbaikan bahasa yang tidak dapat dilakukan secara langsung. Perubahan bahasa dapat dilihat dari tulisan-tulisan yang terdapat di prasasti-prasasti peninggalan kerajaan di Indonesia. Beberapa perbaikan pada bahasa Indonesia dilakukan seperti Tjari -> Chari -> Jari.
Dosen : Prof. Dr. Ir. Dali Santun Naga, M.MSI.